"di otakku masih kuputar angka-angka
yang harus aku tata sedemikian rupa,
atas nama siapa saja, ratusan, bahkan ribuan angka bersinggasana diatasnya.
Meski tanpa suara,
angka-angka itu sudah berhasil membunuh ketenanganku satu kurun waktu ini. Angka-angka itu adalah nilai dari manusia-manusia setengah
yang harus ku serahkan dengan seksama sebagai tanggung jawab secara berkala
kepada semesta yang menemaninya.
Puluhan aku, sama, masih berkutat dengan angka, satu Jakarta."
Memang sudah seharusnya kubaca ratusan e-mail berisi saran dan harapan sebagai tugas yang kuberikan kepada 'manusia-manusia setengah' itu. Baru tiga e-mail ku buka, aku sudah menemukan cita rasa mereka, ada yang berisi dengan kejujuran yang presisi, ada yang dengan emosi muda-nya menyatakan itu dan ini.
Well, e-mail ke 5 ku buka, kubaca dengan seksama ; "kapan masjid jadi, IPDB udah ratusan ribu rupiah untuk itu, uang amal sedemikian rupa dalam sehari, masih saja tuh masjid belum jadi, percuma kalo jadinya setelah kita lulus, ga bisa ngerasain tuh masjid" ; nama dan kelas privasi, tapi itulah salah satu isi dari emosi (kurasa). Ada kata 'percuma' kalo di telusuri lagi kata tersebut berarti sia-sia, sayang, sama saja atau lebih dalem lagi tidak ikhlas (mudah2an mr. salah mengartikan yang satu ini).
Btw, apapun dari saran yang kamu (manusia-manusia setengah) kemukakan meskipun membangkitkan emosi, tapi tata-lah sedemikian rapi, kalo perlu pakai puisi (hehehehe...), jangan sampai terjerumus dengan kata-kata tadi (percuma-red) yang dapat menghilangkan kadar keikhlasan kita. Sayangkan kalo udah sedemikian lama-nya kita bersedekah untuk pembangunan masjid ga ada nilainya di sisi-Nya.
Mestinya kita bersyukur, masih ada kesemtapan eh kesempatan untuk bisa beramal setiap hari (bisa di bayangin tuh, setiap hari...) berapa banyak kebaikan-kebaikan kita tanam di dalamnya, meskipun nantinya orang lain yang merasakan, itu kebaikan tetap saja kita dapatkan (prinsip amal untuk masjid itu sama saja kita mewaqafkan harta kita untuk orang-orang beribadah) bayangin ajah, setiap hari ada berapa kali sholat dan banyak orang yang sholat di dalamnya, dan kebaikan orang-orang itu akan serta-merta membersamai kita. (maaf jadi keterusan gara-gara kata 'percuma' tadi).
Btw, apapun dari saran yang kamu (manusia-manusia setengah) kemukakan meskipun membangkitkan emosi, tapi tata-lah sedemikian rapi, kalo perlu pakai puisi (hehehehe...), jangan sampai terjerumus dengan kata-kata tadi (percuma-red) yang dapat menghilangkan kadar keikhlasan kita. Sayangkan kalo udah sedemikian lama-nya kita bersedekah untuk pembangunan masjid ga ada nilainya di sisi-Nya.
Mestinya kita bersyukur, masih ada kesemtapan eh kesempatan untuk bisa beramal setiap hari (bisa di bayangin tuh, setiap hari...) berapa banyak kebaikan-kebaikan kita tanam di dalamnya, meskipun nantinya orang lain yang merasakan, itu kebaikan tetap saja kita dapatkan (prinsip amal untuk masjid itu sama saja kita mewaqafkan harta kita untuk orang-orang beribadah) bayangin ajah, setiap hari ada berapa kali sholat dan banyak orang yang sholat di dalamnya, dan kebaikan orang-orang itu akan serta-merta membersamai kita. (maaf jadi keterusan gara-gara kata 'percuma' tadi).
Untuk setiap saran yang ada, insya Allah kalo diberi kesempatan dan dihilangkan kemalasan, mr akan mencoba membuat blog sarannya yang berisi sedemikian banyak saran, kritik, file2 bahkan puisi yang dilampirkan dari kelas XI angkatan 2007 ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar