menanti ramadhan

izinkan aku menantimu,
menyinggahi raga jiwaku,
melabuh sauh lah engkau padaku,
menggenapkan rasa rinduku yang teramat ngilu,

percepatlah langkahmu, duhai kekasih,
bersama kita memilin malam,
menyetubuhi rahmat dan ampunan,
yang damai,
yang sejahtera,

segera !!
aku rindu...

marhaban yaa ramadhan,
kemuliaan segala kemuliaan,
kegembiraan semua kegembiraan,

"maka bergembiralah ketika datang bulan ramadhan, niscaya Allah mengharamkan jasad kita disentuh api neraka"...

ajari aku, melupakanmu (disini, ada rindu --bag. 2)

hari ini,
ku coba hapus semuanya tentang dirimu,
tentang kacamata yang kau berikan di kala senja di bibir pantai nirwana,
tentang flash disk biru, yang berisi gambar-gambar dirimu, yang kau selipkan disaku kemejaku ketika itu,
tentang kata-kata pada telpon genggam yang kupunya, yang bercerita tentang mu dari waktu-kewaktu,

hari ini,
kucoba tepis semua khayal yang membentuk bayangmu, sempurna sepertimu,
sudah kuperas berjuta airmata, cuma untuk menghalau angan-angan tentangmu,
senyum yang sering kau lemparkan padaku ketika sendu,
lagu yang selalu kau nyanyikan kala aku kesepian,
wajahmu yang ayu, lesung pipi yang gincu, matamu yang syahdu,
aduhaii...
makin aku sakit dan mabuk karenamu,

hari ini,
semoga aku bisa,
menghilangkan rindu yang luar biasanya padamu,
seandainya ku tau sedari dulu tentang rindu yang menggebu ketika kau menjauh,
takkan pernah aku mengenalimu, jatuh hati padamu,

hari ini,
duhai kekasih, engkau dingin sekali,
tidakkah kau tau,
disini, ada rindu,

ajari aku, melupakanmu...

disini, ada rindu ...

kasih,
tahukah kamu,
disini, ada rindu,
ada bulan penuh yang dinanti nelayan melaut,
ada camar mengejar senja, menukik pada lembah dan ngarai, beribu sarang di hampiri, selanjutnya adalah nyanyi-nyanyi semedi,

kasih,
disini, masih ada rindu,
pada kecoa-kecoa yang lembab dan basah, pada lebah dan bunga madu, pengumpul sari untuk membuatmu berseri,

kasih,
disini, aku masih menyimpan rindu,
lalu debu berarak bersama hujan kepagian yang menyambut embun berpacaran dengan surya cemerlang,
kemudian kehidupan datang menjelang siang,

kasih,
disini, ada rindu, masih ada rindu, dan aku masih menyimpan rindu itu,
untukmu,
bersama semesta,
yang menyertaimu,

Merdeka, begitu saja..


bulan sempurna, semalam tersangkut di bibir jemuran bunda yang reot dan penuh semut gatal,
menyalami bumi negeri penuh emosi,
malam tadi 17-an dirundung kesenangan, dimulai,
bendera-bendera partai menutupi sekonyong kota, pusat belanja, jembatan layang, dan kehidupan,
sementara merah putih tenggelam di dalamnya,

sementara, sepagi itu orang berlalulalang, minggu,
berdebul dengan waktu, menghinggapi patriotisme jiwa, berupacara, tanpa kata-kata dan gairah...

setelahnya,
lomba-lomba berseliweran seantero negara, kerupuk yang dimakan, karung yang dikenakan pencerminan miskin dan papanya kehidupan, lomba berjalan mundur tak mau majukah ? dengan cita-cita keluhuran,
pinang dipanjat merebut hadiah yang tak seberapa, dengan pongah, merasa dirinya paling pantas meraihnya sementara calon presiden bermunculan satu persatu, latah dengan pinang yang di senggamakan,
menggigit uang di tengah pepaya yang pekat, pertanda pejabat selalu memangsa uang rakyat, yang hitam yang kotor.

Merdeka, begitu saja..
belum lagi nyanyian-nyanyian basi, dengan goyang-goyang mutilasi bergaung disana sini, bapak-bapak berjoget dengan gaun-gaun banci, memperebutkan kursi yang harus terisi meski kurang satu biji, silahkan maknai sendiri,

Merdeka, begitu saja..

Sementara,
darah kering,
keringat kita lupa aromanya,
airmata menjadi airmata tertawa,
semangat cuma birahi,

Merdeka, begitu saja..

rindu yang bersemi

setelah kepergianmu, 15 tahun yang lalu...
hari ini, aku mulai merasa, betapa aku sangat membutuhkanmu,
sebagai pemandu jalanku yang mulai terlalu jauh melangkah jemu,
sebagai guru hidupku, yang mengajarkanku segala sesuatu, yang tampak maupun ghaib.

hari ini, tepat ketika itu,
kau diantar pulang orang sekampung,
menuju rumahmu yang terakhir,
kau tinggalkan rindu,
kau tinggalkan waktu,

ayah,
tak kan kulupa
saat kau gendong aku kesawah,
menangkap ikan-ikan yang basah,
setelah itu kau ajak aku ke musholah,
melepas lelah,
khusyu ibadah,
dan aku rindu, ingin mengulang waktu itu.

Allah,
kusemikan rinduku padanya,
semikanlah pula rahmatMu untuknya,
penuhi cahayaMu pada tempat tinggalnya,
gembirakanlah.

Malu-malu, aku berterima kasih

Tak terasa, sya'ban sudah menginjak ke delapan.
Harum rajab masih terngiang di belakang.
Dan dua penggalan, Ramadhan bertandang.

Tuhan,
Malu-malu, aku berterima kasih,
atas usiaku sampai hari ini.

Malu-malu, aku berterima kasih,

jangan pernah bosan menjadi Tuhan untukku,
maka,
ampunilah aku...