ODE UNTUK PAK TUA (H) PADA MASA PURNABHAKTI

kemarin ada seorang siswi menunjukkan sebuah sajak yang ditulisnya,
dua lebar, bolak-balik.
ditujukannya untuk seorang bapak tua, yang telah dua tahun mengajarinya bahasa,
entah mengapa,
aku enggan sekali membacanya,
mungkin sama perasaan ku dengan siswi yang menyodorkan sajaknya agar aku membacanya.

ya...
kesedihan,
aku rasa itu yang ingin ia sampaikan, karena aku pun merasakan.

senin lalu,
dia (pak tua) berkenan menjadi penghulu,
pada pengibaran bendera peringatan hari guru,

aku yakin,
ada embun di sudut pelupuk matanya,
meski tak nyata,
namun semua orang merasakannya.

dua windu satu penggalah dia berada,
di tengah manusia yang tak mengerti tata bahasa,
di ajarinya bahasa olehnya,
dari itu,
orang-orang mengenal suka, cinta, ilmu,
dunia, dan duka,
seperti hari-hari terakhir ini,

...dua purnama lagi,
engkau kami lepas, pak tua...
dengan sederet anugerah tanpa tanda,
tanpa kata-kata,
meninggalkan rindu di sini,
ribuan sajak akan terukir pasti, hanya untukmu,


adalah kebermanfaatan ilmu
yang kau ajarkan ketika itu
menjadi bekalmu
yang kian mengalir tak jemu

semoga kedamaian merengkuhmu,
dan orang-orang yang mencintaimu,

semoga kepastian syurga itu,
menjadi milikmu...

TERBURUQ...

ini kali tak ada air mata yang menggenang, karena langit sedang panas-panasnya, meski waktu menunjukkan senja ba'da ashar.

ini hari adalah hari yang buruk selama gw jadi dewan juri, ada 2 api yang berkobar, meski tak mengelilingi gw, tapi tetep aje gw kepanasan.

Ya...
panas dengan semua keadaan.
tak ada yang mesti disalahkan,
bahkan penonton setia kejadianpun tak patut di kambing hitamkan.
cuma, coba di flashback lagi, liat system,
ya, mekanisme yang carut marut, miss komunikasi yang tak henti, bisa saja kita jadikan alasan presisi sebagai kambing hitam yang sangat hitam.

Dan,
selamet deh,
buat X-4, buat 2nd April, buat D'Suddenly, dan juga Carbon, yang udah mati-matian tampil maksimal di tengah keterbatasan yang serba kurang (terutama micropon yang gak banget...)

PESEN...
Buat anak-anak yang tadi udah liat bagaimana serunya penentuan pemenang, ambil hikmahnya yang paling terdalam. Gw yakin, ada cinta di dalamnya, cinta akan almamater kita, 103, dan biarkan kejadian itu hanya ada di 103 aja, karena 103 itu kaya warna, seperti pelangi yang dijadikan tema acaranya...
ADA LANGIT YANG MENANGIS SAYANG,
SAAT KAU MENJAUH DARI SISIKU...

ADA HATI YANG REMUK SAYANG,
SAAT KAU NYATAKAN INGIN PERGI DARIKU...

ADA CINTA YANG TERBELAH SAYANG,
SAAT KAU MENGUCAPKAN KATA BERPISAH...

TAK ADA LAGI,
KEMESRAAAN, YANG KAU TUNJUKAN KEPADAKU KINI,
TAK ADA LAGI,
SENYUMAN RIANG, YANG PERNAH KAU BERIKAN UNTUK KU....

DIMANAKAH HATIMU,
INGIN AKU BERBAGI,
KEGELISAHAN, MENUNGGUMU,
DIMANAKAH HATIMU,

DIMANAKAH CINTAMU,
INGIN AKU UNTUK MEMBERIKAN,
PERASAANKU, YANG LULUH KARENAMU...