aku berada di ruang ini dengan cinta, agar kau kenang nantinya, bahwa cinta punya ruang dan dimensi...
MOTHER, HOW ARE YOU TODAY (renungan)
terima kasih yang tak terperi
untuk kasih sayang mami yang selalu hadir setiap hari, setiap detik yang berlari, di setiap detak jantung ini...
mami, apa kabar mami hari ini
ketika hari semakin tinggi
semakin tinggi pula rasa rindu nanda padamu, mami...
mami,
terima kasih sudah memandikan nanda ketika kecil, setiap hari, tak terhitung berapa kali,
dan maafkan ananda, yang hanya bisa sekali memandikanmu, itupun pertama dan terakhir kali.
mami,
terima kasih sudah bersedia menina bobokan nanda hingga ananda terlelap, ketika itu.
dan maafkan, kalo nanda cuma bisa mengantar mami terlelap untuk terakhir kalinya dengan tangisan saja, dan do'a sebisa nanda.
mami,
terima kasih,
sudah selalu mami memberikan baju-baju baru, setiap saat nanda perlu, setiap menjelang hari raya yang biru, dan mami tak segan memakaikan baju-baju itu ke tubuh nanda agar ananda lebih tampan, dari waktu ke waktu.
tapi,
maafkan nanda mami,
jika nanda hanya bisa membelikan mami, pakaian abadi, tiada corak, putih bersih, dan nanda kenakkan pada mami, untuk pertama dan terakhir kali, sambil tangis mengiringi.
mami,
terima kasih,
sering kali mami gendong nanda ketika tertidur, mami membawa nanda ke tempat tidur, agar nanda lebih nyaman untuk bermimpi.
dan maafkan nanda,
hanya sekali ini saja, nanda bisa membawa mami ke tempat tidur keabadian mami, dalam gelap dan bisu, tiada yang menemanimu,
mami,
untuk selanjutnya,
hanya rindu saja,
sambil berlinangan air mata,
nanda untai do'a,
seperti mami ajarkan pada nanda,
setiap siang,
setiap malam,
sepanjang hari,
mami, apa kabar mami hari ini...
cinta, cintaku, cintaMu...
Cintaku Pada Tuhan, begitu judul yang tertera di website kelber AF. Tulisan penanya Lulu, pas banget bwt 'aku' yang entah kapan bisa serius mengejawantahkan kata 'cinta' yang penuh seluruh, untuk Dia.
Tuhan...
Saat aku menyukai seorang teman
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir
Tuhan...
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu
Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi
Tuhan...
Jika aku hendak mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu
Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu
Tuhan...
Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta itu
Agar tidak melebihi cintaku pada-Mu
Tuhan...
Ketika aku berucap aku cinta padamu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada-Mu
Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena-Mu
Sebagaimana orang bijak berucap
Mencintai seseorang bukanlah apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti
Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segala
TuhanKU
Hidupku
Suatu tujuan yang masih samar
Dimana, kemana, bagaimana?
Aku masih bingung,
Cita- Cita, do'a dan usaha
Itulah hidupku???
Usia ini,,
Tak terasa ajal sudah mendekat
Kapan, dimana aku tidak tau
terasa sesak dadaku ini
Kala dosa-dosa itu kembali
Ampunilah aku,,,
CINTA KETERLALUAN...
sejak ku jatuh hati padamu
aku tak pernah mau kehilangan mu
mesti hatiku sering kali kau sakiti
ataupun kau mendua dariku
ku kejar selalu cintamu
meski hanya bayangmu yang kutemui
cukup membuatku senang hati
aku hanya cinta padamu
itu saja
cukup
meski berat untukmu
selamanya bersamaku
meskipun cintamu tak hanya untukku
biarlah aku menjadi yang kedua,
ketiga dan seterusnya
asal aku tetap mencintaimu
meskipun cintamu telah habis untukku
aku hanya cinta padamu
itu saja
cukup
KETIKA SARAN DAN KRITIK DARI KELAS XI KUBACA......
"di otakku masih kuputar angka-angka
yang harus aku tata sedemikian rupa,
atas nama siapa saja, ratusan, bahkan ribuan angka bersinggasana diatasnya.
Meski tanpa suara,
angka-angka itu sudah berhasil membunuh ketenanganku satu kurun waktu ini. Angka-angka itu adalah nilai dari manusia-manusia setengah
yang harus ku serahkan dengan seksama sebagai tanggung jawab secara berkala
kepada semesta yang menemaninya.
Puluhan aku, sama, masih berkutat dengan angka, satu Jakarta."
Memang sudah seharusnya kubaca ratusan e-mail berisi saran dan harapan sebagai tugas yang kuberikan kepada 'manusia-manusia setengah' itu. Baru tiga e-mail ku buka, aku sudah menemukan cita rasa mereka, ada yang berisi dengan kejujuran yang presisi, ada yang dengan emosi muda-nya menyatakan itu dan ini.
Btw, apapun dari saran yang kamu (manusia-manusia setengah) kemukakan meskipun membangkitkan emosi, tapi tata-lah sedemikian rapi, kalo perlu pakai puisi (hehehehe...), jangan sampai terjerumus dengan kata-kata tadi (percuma-red) yang dapat menghilangkan kadar keikhlasan kita. Sayangkan kalo udah sedemikian lama-nya kita bersedekah untuk pembangunan masjid ga ada nilainya di sisi-Nya.
Mestinya kita bersyukur, masih ada kesemtapan eh kesempatan untuk bisa beramal setiap hari (bisa di bayangin tuh, setiap hari...) berapa banyak kebaikan-kebaikan kita tanam di dalamnya, meskipun nantinya orang lain yang merasakan, itu kebaikan tetap saja kita dapatkan (prinsip amal untuk masjid itu sama saja kita mewaqafkan harta kita untuk orang-orang beribadah) bayangin ajah, setiap hari ada berapa kali sholat dan banyak orang yang sholat di dalamnya, dan kebaikan orang-orang itu akan serta-merta membersamai kita. (maaf jadi keterusan gara-gara kata 'percuma' tadi).
RINDU YANG SEBEGITUNYA...
ku tulis sajak ini, untukmu, ibu...
hanya dengan ini aku bisa menemukan kembali guratan bayang senyummu,
di tengah hari yang penat dengan segala gerak yang serak,
Ibu...
apa kabarmu,
mata lelahmu,
yang senantiasa terjaga, ketika aku kecil dulu...
apa kabarmu,
tangan gontaimu,
yang senantiasa menimangku dengan penuh seluruh...
apa kabarmu,
suara tuamu,
yang selalu memanjakanku, hingga aku pulas di sampingmu...
apa kabar,
segala-galanya tentangmu,
aku..
rindu...
bu....
bu,
selama-lamanya engkau ada,
dalam setiap langkahku, setiap denyut nadiku,
dalam gerak dan pejam mataku,
cita-citaku,
dalam do'a dan harapanku...
sekiranya aku jauh darimu kini,
tetap saja,
aku merasa, engkau ada,
karena engkau ku rindu,
karena engkau darah dalam jiwaku,
engkau kedip di mataku,
karena engkau lintas pikiranku,
karena engkau adalah hatiku...
ODE UNTUK PAK TUA (H) PADA MASA PURNABHAKTI
dua lebar, bolak-balik.
ditujukannya untuk seorang bapak tua, yang telah dua tahun mengajarinya bahasa,
entah mengapa,
aku enggan sekali membacanya,
mungkin sama perasaan ku dengan siswi yang menyodorkan sajaknya agar aku membacanya.
ya...
kesedihan,
aku rasa itu yang ingin ia sampaikan, karena aku pun merasakan.
senin lalu,
dia (pak tua) berkenan menjadi penghulu,
pada pengibaran bendera peringatan hari guru,
aku yakin,
ada embun di sudut pelupuk matanya,
meski tak nyata,
namun semua orang merasakannya.
dua windu satu penggalah dia berada,
di tengah manusia yang tak mengerti tata bahasa,
di ajarinya bahasa olehnya,
dari itu,
orang-orang mengenal suka, cinta, ilmu,
dunia, dan duka,
seperti hari-hari terakhir ini,
...dua purnama lagi,
engkau kami lepas, pak tua...
dengan sederet anugerah tanpa tanda,
tanpa kata-kata,
meninggalkan rindu di sini,
ribuan sajak akan terukir pasti, hanya untukmu,
adalah kebermanfaatan ilmu
yang kau ajarkan ketika itu
menjadi bekalmu
yang kian mengalir tak jemu
semoga kedamaian merengkuhmu,
dan orang-orang yang mencintaimu,
semoga kepastian syurga itu,
menjadi milikmu...
TERBURUQ...
ini hari adalah hari yang buruk selama gw jadi dewan juri, ada 2 api yang berkobar, meski tak mengelilingi gw, tapi tetep aje gw kepanasan.
Ya...
panas dengan semua keadaan.
tak ada yang mesti disalahkan,
bahkan penonton setia kejadianpun tak patut di kambing hitamkan.
cuma, coba di flashback lagi, liat system,
ya, mekanisme yang carut marut, miss komunikasi yang tak henti, bisa saja kita jadikan alasan presisi sebagai kambing hitam yang sangat hitam.
Dan,
selamet deh,
buat X-4, buat 2nd April, buat D'Suddenly, dan juga Carbon, yang udah mati-matian tampil maksimal di tengah keterbatasan yang serba kurang (terutama micropon yang gak banget...)
PESEN...
Buat anak-anak yang tadi udah liat bagaimana serunya penentuan pemenang, ambil hikmahnya yang paling terdalam. Gw yakin, ada cinta di dalamnya, cinta akan almamater kita, 103, dan biarkan kejadian itu hanya ada di 103 aja, karena 103 itu kaya warna, seperti pelangi yang dijadikan tema acaranya...
SAAT KAU MENJAUH DARI SISIKU...
ADA HATI YANG REMUK SAYANG,
SAAT KAU NYATAKAN INGIN PERGI DARIKU...
ADA CINTA YANG TERBELAH SAYANG,
SAAT KAU MENGUCAPKAN KATA BERPISAH...
TAK ADA LAGI,
KEMESRAAAN, YANG KAU TUNJUKAN KEPADAKU KINI,
TAK ADA LAGI,
SENYUMAN RIANG, YANG PERNAH KAU BERIKAN UNTUK KU....
DIMANAKAH HATIMU,
INGIN AKU BERBAGI,
KEGELISAHAN, MENUNGGUMU,
DIMANAKAH HATIMU,
DIMANAKAH CINTAMU,
INGIN AKU UNTUK MEMBERIKAN,
PERASAANKU, YANG LULUH KARENAMU...
BANGKIT TEGAK BENTANG CAKRAWALAMU,
TUNJUKKAN SMANGAT BAGAI SINGA TEGAR MEMBAJA,
PEMUDA,
ASAH BELATI FIKIR DAN AKALMU,
GETARKAN BUMI KOKOH KETUK PINTU LANGIT,
TIADA YANG BERHAK MEMILAH NEGERIMU TERCINTA,
ATAU MEREKA MUSUH YANG NYATA...
kembali dengan keberadaan kita di
tengah-tengah negara yang mengarungi
perahu sampan dengan kebanyakan orang di
dalamnya dan perahunya oleng di tengah
Ya, pemuda adalah kita semua, dengan
segenap tugas sekolah yang
bertumpuk-tumpuk, belum lagi orang tua
yang menginginkan kita untuk seperti ini
dan itu, tugas organisasi yang melulu
mengorbankan waktu belajar, dan juga
kemalasan yang masih saja cinta terhadap
diri kita, belum lagi yang punya pacar,
aduuuuhhhh .
Pemuda adalah kita, tiang dari negara,
inti dari agama, dan masa muda hanya
sepenggalah, mari kita manfaatkan dengan
sepenuh jiwa.
Pemuda adalah kita, apa adanya.
Bermanfaa tlah untuk semesta.....
SELAMAT TINGGAL DUHAI CINTA...
dalam malam-malam keemasan,
dalam siang yang mengharukan,
ini kali terakhir kau dapati aku
mencumbuimu, malam ini...
esok engkau akan ku lepas pasrah,
dalam do'a yang tak habis-habisnya,
...tanganku tanganmu masih menggamit,
erat sekali, tak ada sela untuk terlepas,
mataku matamu merindu, menggenang biru
banyu di kedua pelupuk mata kita,
nafasmu tinggal sepenggalah yang dapat
kuhirup segar malam ini,
esok engkau akan ku lepas pasrah,
dalam rindu yang serindu-rindunya,
selamanya, engkau ramadhanku,
selam anya, engkau ku rindu,
di sini,
ketika kunikmati kau dalam sujudku,
ketika kunikmati kau dalam syahdu
suara-suar a cintaNya...
selamat tinggal duhai cinta,
rindui aku 12 purnama lagi,
dalam kesejatian cinta dan penantian
yang hakiki...
Do'a dari do'a-ku
Tuhan,
bagaimana caranya ku putar waktu,
flashback ke masa itu,
delapan belas hari yang lalu,
ketika semesta bersenyum sumringah atas rindu,
ketika cinta mulai berlabuh,
karena ku ingin memperbaiki cintaku,
setelah hampir sepenggalah kesempatanku bersama kasihMu di bulan ini,
Tuhan,
hari ini masih saja ku kais rahmatmu,
dalam keserbatidakberdayaanku,
memilin detik dan menit yang berlalu,
berharap cemas akan penerimaanMu padaku,
bermohon sangat atas ampunanMu padaku,
yang terlalu berani menyia-nyiakan waktu.
Tuhan,
aku selamanya bergantung padaMu,
perjalananku,
pandangan mataku,
ayah dan bunda yang kurindu,
cinta dan perasaanku,
saudara dan sahabatku,
anak didikku,
kelemahanku, kesombonganku,
kehidupan dan kematianku...
Tuhan...
di sisa-sisa hari ini,
akhirnya harus kulalui dengan berjuta penyesalan,
tapi ku yakin akan janjiMu,
perkenankanlah aku menjalaninya dengan penuh rindu, khusyu' dan teramat mesra bersamaMu,
ijinkanlah ku dapati malam itu bersamaMu, bersama jutaan bintang dan ribuan bulan yang tersenyum bersama ayah dan bundaku,
malam yang kau janjikan atas kebaikan-kebaikan, malam yang ranum,
yang ketika itu malaikat-malaikatMu turun meng-aminkan do'a-do'a,
malam ketika kau hapus segala gundah, gelisah atas segala dosa...
Ya...Rabbana,
harapanku hanya padaMu,
Engkaulah kecukupanku,
maka, dengan penuh seluruh,
kumohonkan belas kasihMu padaku,
kasih sayangMu padaku,
ampunanMu,
keridhoan dan cintaMu padaku,
dan mati-kanlah aku dalam keadaan cinta padaMu dan Engkaupun cinta padaku...
Amiinn...
Amin..
Ya Rabbal 'alamiinn....
REFLEKSI JELANG 1/4 ABAD
ku ukir presisi,
di usia yang kian hari kian menepi.
1/4 abad kehidupan aku jalani dengan rasa yang bermacam warna,
suka, duka yang biasa dan cinta yang luar biasa.
terima kasih yang tak hingga untukMu,
yang senantiasa memberi waktu,
berjumpa denganMu meski dengan menyeret kaki,
berkumal dengki dan iri,
Tuhan,
telah kurasai kesendirian dalam keramaian,
dalam cinta dan perasaan,
maka...
aku bermohon padaMu,
ketika senja telah sempurna menggamit malam,
yang ku yakini tak ada batasan Engkau dengan diriku.
Perkenankanlah kuisi hari ku nanti senantiasa mengingatiMu,
menapaki setiap jalanMu, meski berliku,
Karuniakanlah aku cinta padaMu, kecintaan yang tiada lagi selainMu,
Karuniakanlah aku ketakukan padaMu, ketakutan yang tiada lagi selainMu,
Tuhan,
aku ini kerdil sekali,
1/4 abad kehidupan ku jalani dalam kesombongan yang sempurna,
dalam dosa dan prasangka yang tiada habisnya,
aku bermohon padaMu,
maafMu,
kemarin dan sebelumnya,
hari ini yang sepenuhnya,
esok hari untuk selama-lamanya... amiinnn.
SURAT UNTUK IBU,
dengan semua warna pelangi
ku gores surat untukmu ibu
aku ingin dengan surat ini
kau bisa berikan senyum lembutmu
di hamparan jagat langit malam ini
sebelum aku tertidur
sudah hampir penuh halaman
ku tulis surat ini untuk kupersembahkan
hanya padamu ibu
tapi entah mengapa meski seluruh jengkal
tubuhku bergetar saat menulis,
hanya satu kata yang selalu sama
tertulis di seluruh baris surat ini
: Rindu
..........
KETIKA TASBIH BERPUTAR DALAM DZIKIR,
WIRID BERTABURAN MEMENUHI RUANG,
DAN KAU TERSENYUM DI PENANGGALAN...
DI UJUNG WIRID,
TIBA-TIBA KAU TURUN DARI KALENDER,
MENYATU DALAM DIRIKU,
YANG LULUH KEDALAM DIRIMU...
SELANJUTNYA SEMESTA RUNTUH,
MENGGUMPAL DALAM HITUNGAN TASBIHKU...
KETIKA,
JIWA TERTIDUR,
YANG DEKAT SELALU TERASA JAUH,
PADAHAL DIA SELALU DEKAT,
DI BILIK HATI KITA SENDIRI....
APA KABAR KEKASIH...
Air mata berbulu api memang benar sedang menjadi hujan.
Ada yang ingin kutahu, bagaimanakah pohon istighfarku.
Sudah lama tak pernah kujaga.
Rumbai-rumbai kesombongan berkacak pinggang dimuka angin membuatku menunggu daun-daun yang jatuh.
Barangkali disana ada takdir yang ingin berucap salam... apa kabar kekasih...
by. Lintang Sugianto
HATIKU SELEMBAR DAUN
Sajak Palsu
Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.
1998