CINTAKU PADA TUHAN

Tuhan...
Saat aku menyukai seorang teman
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

Tuhan...
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu
Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi

Tuhan...
Jika aku hendak mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu
Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu

Tuhan...
Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta itu
Agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Tuhan...
Ketika aku berucap aku cinta padamu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada-Mu
Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena-Mu

Sebagaimana orang bijak berucap
Mencintai seseorang bukanlah apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti
Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segala

TuhanKU
Hidupku
Suatu tujuan yang masih samar
Dimana, kemana, bagaimana?
Aku masih bingung,
Cita- Cita, do'a dan usaha
Itulah hidupku???

Usia ini,,
Tak terasa ajal sudah mendekat
Kapan, dimana aku tidak tau
terasa sesak dadaku ini
Kala dosa-dosa itu kembali
Ampunilah aku,,,

NOVEMBER

November yang tabah,
di guyur hujan yang basah,
tanah merah,
merekah,
merindu desah yang berulang tiap masa,
November yang tabah,
tak pernah banyak ulah,
tak ada banjir yang tak punya hikmah,
tak ada badai yang tak punya berkah,
November yang tabah,
menantang panas global yang merah,
hujan asam,
di selingi mentari terik menikam,
sementara pelangi,
tak pernah muncul lagi,
bersembunyi dan mati suri,
November yang sebelas,
meranggas,
dikuburnya dendam yang panas,
atas dosa-dosa penguasa yang bringas,
November tetap deras,
airmatanya dikuras,
do'anya, tak putus,
menerus,
November serak,
sendu mengisak,
November,

arah

terlalu berat kubawa beban ini,
semesta tertawa karenanya,

tunjukan arah agar aku tak ragu melangkah,
cinta ini harus di tuntaskan,

suka atau pun tidak !!!

Cermin...

disini terlalu banyak aurat
terlalu banyak syahwat
sementara aku harus terus menuju barat

tuhan,
aku sudah termehek-mehek mendekatiMu
termehek-mehek pula aku menjauhiMu
seringnya aku melupakanMu dalam sembahku
dan jua mengingatMu dalam maksiatku

aku harus bagaimana lagi agar Kau senang,
agar aku juga senang

tetapkanlah hati ini agar terus menyembahMu,
meski hati ini sering juga mempermainkanMu

sebuah nama sebuah cerita

dia, yang selalu ku acuhkan ketika aku berada diantara teman-teman
dia, yang selalu ku ketuskan setiap kali dia berkata...
namanya abadi dalam hadits nabi,
dia, yang selalu ku marahi kalau permintaanku tak dipenuhi
dia, yang selalu menyuruhku ini itu tapi kutepis semuanya...
nyawanya menjadi taruhan kehidupan,
dia, perempuan,
dia, kekuatan,
dia, kasih sayang,
dia, syurga,
dia, segala-galanya,
sebuah nama sebuah cerita,
kemarin, hari ini, esok, seterusnya, bahkan sampai kekeabadian di sana,
sebuah nama sebuah cerita,
adanya sering di sia-siakan,
kepergiannya beribu kedukaan dan kerinduan,
sebuah nama sebuah cerita,
dia abadi dalam do'a,
"kasih sayangi dia, seperti dia mengasihiku di waktu kecil..."
sebuah nama sebuah cerita,
dialah ibunda...
Tuhan bersamanya, selamanya...

nada hujan

ada nada sumbang pada penghujung ini malam, setelah ia dibelai angin yang berhembus di bulan November,
nada-nada itu konstanta selalu dilirih wangi tanah dan langit biru, nada yang menghentak jatuh berdiri mengalahkan bangsi, mengalahkan bonang seruling kintamani, nada yang seolah ingin mendobrak jiwa, tapi telinga bisu, mulut pekak, bahkan kulit alpa pada rasa, merah atau batu.
sebuah nada yang kala datang bersama halilintar, bahkan matahari yang gemetar,
nada itu berbunyi,
"dimana do'a ? yang bisa kuhantar untukNya, langsung tanpa perantara"
"dimana syukur ? rahmatNya bersamaku untuk orang-orang yang sedikit dan aneh"
hujan bernada sumbang, diterjangnya setiap kandang, pelataran, sex dan karambol...
"Tuhan, mereka lupa"

Pray Today 3

Ya Allah...
Betahkan aku berlama-lama dalam majelis ilmu,
berkumpul dengan orang-orang sholeh,
seraya mengagungkan asmaMu dalam setiap dimensi waktu...

Pray Today 2

Ya Allah...
Ajari aku sederhana dalam kemelaratanku
agar aku dapat beramal setiap waktu, lapang ataupun susah

rumah kardus dan bunga kertas

rumah tinggalku berbentuk kotak, berdinding suka berlantai cinta, atapnya terbuat dari jerami cerita yang ketika malam saat aku tidur di ranjang asmara kulihat cerita cerita tentang perjuangan para pendahulu, ada jendela dekat tempat tidurku, jendela yang selalu ku biarkan terbuka, menghadap ketimur, jika malam, rembulan selalu menemani ku bermimpi, saat siang, matahari menghangatkan tubuhku sehabis mandi...
rumahku berbentuk kotak, berpintu tawa, ketika diketuk, otomatis pintu itu akan senantiasa memberikan kebahagiaan.
rumahku rumah kardus, berbentuk kotak persegi, tanpa televisi, tanpa radio dan alat komunikasi.
halaman rumahku luas sekali,
rumputnya terbuat dari jerami semangat, bunganya bunga-bunga kertas yang kususun sehabis menggenapkan hari, bunga-bunga kertas itu kubuat berwarna warni, kusiram dengan wangi wangi, sungguh indah dan berseri.
datanglah kerumahku saat hari tidak gelap dan tidak terang, datanglah dengan membawa sukacita, tanpa buah tangan, tanpa sengketa hutang.
rumahku rumah kardus, memiliki taman bunga kertas, aku bahagia tinggal disana, selamanya....

perubahan...

"..."perubahan" ada beberapa orang yang bilang aku mengalami situasi tersebut, tidak sedikit juga yang salah paham mengenai alasan dibalik perubahan tersebut... sedihnya...".."

kututup inbox,
penasaran,
kubuka lagi,
kubaca lagi, huruf demi huruf...

"perubahan" ??!!#@?

tidak ada satupun yang abadi di dunia ini, selain perubahan, ya...perubahan, seyogyanya manusia selalu berubah, selama manusia itu hidup,
ketika mati, manusia meninggalkan perubahan, tetapi perubahan itu tetap berjalan, tetap bernafas, tetap hidup mengejar manusia lain, mengejar semesta,
bukankah kita selalu melihat perubahan setiap saat,
ketika matahari muncul kepermukaan timur, terus bergelincir, menerik, tenggelam, kadang di selingi hujan, awan yang berarakan, atau mati di telan malam...
semua adalah perubahan...
pun ketika bayi, kecil, lucu dan lugu, kemudian merambat tumbuh, menjadi balita, anak kecil, remaja, dewasa, tua...
semua berubah, meski kadang kala kematian memutuskan perubahan itu,
manusia selalu berubah, sebaik-baik perubahan adalah berubah kepada arah yang lebih baik, dan tetap istiqomah dalam kebaikan tersebut.

sang empunya perubahan yang maha abadi akan tetap pada keabadiannya, tidak berubah sedikitpun janjiNya kepada manusia-manusia yang datang padanya dalam keadaan terbaik, Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada manusianya untuk berubah, untuk berbenah.

maka marilah berubahlah, selagi masih diberi kesempatan !!!

risau kata ....

kubenahi dulu posisi dudukku dekat jendela, dengan gorden merah jambu yang masih harum loundry, agar angin semilir berhembus padaku,
dengan getir kucoba menata ulang tiap kata yang meluncur dari tuts keyboard komputer kesayanganku,
kata-kata itu berserakan, jatuh kelantai, terbentur kaki meja sebelah kanan, tepantul ke dinding, jatuh di pot bunga mati dan pot payung belakang pintu, kata itu terus melompak-lompat mengenai mistarku, dindin kamarku, ke dalam selimut, gantungan baju, kata itu mencoba keluar kamar, tapi gagal,
jendelaku berkaca nako terbuka sipit, kata tak berani menantang matahari,
tak habis akal, kata menghampiriku, menggelitik telapak kakiku, menendang betisku, terus menaik, sampai ke jantung, sampai kehati...
kata tak berani menusuk belati, meski ia memegangnya keras sekali,
kata, mengalir dalam darah, berdenyut dalam jantung dan nadi, bergemuruh dalam angan dan fikiran, kata sepi, kata risau, kata menjadi manusia...

imagine

kalau saja aku bisa minta yang bukan-bukan, aku ingin sekali kembali kemasa itu, dimana ada kehangatan dirimu, dalam perlindunganmu, kasih sayangmu, yang utuh, yang tidak bisa diberikan manusia lain selainmu...

kasih sayangmu yang membuatku sehat, cerdas karena kau ajarkan aku mengenal senja, mengenal seluruh alam raya yang berputar disekelilingku, kasih sayangmu yang menjadikan siang terik terasa sejuk, yang menjadikan malam dingin menjadi hangat, melupakan cita-cita, menghilangkan rasa cinta, yang ada hanya engkau dalam mimpi dan nyata, Maha Agung Engkau Tuhan yang menciptakan dirinya...

aku ingin kembali tiada rasa dosa, tiada rasa berpahala, aku ingin suci seperti dulu bersama dirimu, kau gendong aku lagi, kau tuntun aku lagi, kau berikan aku minuman tersehat dan hangat, kau berikan aku makanan sehat terlezat, dan kau sebut namaku setiap malam dan selalu dalam do'a dan rasa yang tak jemu...

yang.... hari ini hujan

yang, hari ini debu-debu sudah tidak berterbangan lagi, semoga juga debu-debu di hati ini sedemikian adanya, tidak menggumpal, tidak juga tercampur pada jernihnya hati ini.

yang, hari ini awan-awan kelabu hadir menutupi matahari, dingin menyelimuti, semoga saja awan-awan itu tak hinggap dihati, meskipun sedih, tapi biarlah dingin saja yang ada, menyaksikan kegundahan hati.

yang, akhirnya, air itu meluncur juga, menamatkan kerinduan bunga-bunga ditaman hatiku dan hatimu, mentakhirkan sakit, merambah hidup pada semesta,

yang, mari kita bersama, bersyukur pada yang punya hujan itu, kita saling bergenggaman tangan kini, kita berlari telanjang kaki, kita bermandi dikucuran air pelangi, kita bersenang-senang di sana, kita tinggalkan semedi sedih,
yang, tanganmu goyang,
apakah dingin menyerangmu ?
bukankah itu yang kau mau,
mari kuhangatkan bersama Tuhan,

yang,
tanahmu memerah, rumput itu mulai tumbuh yang,
yang,
engkau cuma bayang,
bahagialah engkau yang,
terbanglah bersama hujan yang sangat kau rindukan,
karena hujan tahun ini, akan membawamu ke tempatnya bidadari,
to be with you,
to be free...

Perkenankanlah aku mencintaimu
seperti ini
tanpa kekecewaan yang berarti
harapan-harapan yang setiap kali dikecewakan kenyataan
biarlah dibayar oleh harapan-harapan baru yang menjanjikan

Perkenankanlah aku mencintaimu semampuku
menyebut-nyebut namamu dalam kesendirian pun lumayan
berdiri di depan pintumu tanpa harapan kau membukakannya pun terasa nyaman
sekali-kali membayangkan kau memperhatikankupun cukup memuaskan
perkenankanlah aku mencintaimu sebisaku

indonesian remind....

satu abad sudah kebangkitan itu di rengkuh, 80 tahun pemuda bersumpah atas nama, 63 tahun kemerdekaan telah di proklamirkan, 10 tahun reformasi dijalani, semua berjalan dengan sekuat tenaga, dengan keringat, dengan darah, dengan airmata, dengan do'a dan pengharapan, dengan semangat, dengan segala-galanya...
maka mari berfikir,
bagaimana masa depan bangsa kedepan,
ditengah gemuruh ketidakpastian;
polemik politik, kian hari kian menggelitik.
bangsa kita punya banyak orang pintar yang bisa jadi pemimpin tenar,
presiden !
menjual lidah dan isi perut,
menggadaikan kekayaan negara--privatisasi--
menggolkan kepentingan-kepentingan, sikut kiri sikut kanan,
halal haram, bukan peraturan,
atas nama kebebasan,
bangsa kita, punya banyak pemuda,
pemuda linglung, pemuda anjing peradaban, komsumerisme-mall menjadi central budaya (museum sepi, perpusatakaan kehilangan lelakinya), inklusif-nge-game, brush, berjam-jam, berhari-hari, bersenang-senang, pengikut syahwat dan kemoderenan (katanya)-pacaran-ciuman-setubuhan-sepanjang jalan, sepelosok taman, panti, bahkan rumah sendiri, nilai-nilai runtuh, agama ? cuma sekedar kata, atas nama berhala “kebebasan”,
----- bersambung ------

7 hari menuju perubahan

semua harus berubah,
semesta mesti berbenah,
tapi aku lupa, Tuhan,
apa yang mesti aku rubah ?
bukankah selama ini aku sudah berubah ?
makin gila dengan dunia ?
idealisme yang musnah ?
tanpa darah, tanpa airmata,
kugadaikan nilai-nilai,
Tuhan,
bantu aku berubah,
aku masih memerlukanMu...
hari ini, esok dan seterusnya !!!

untuk sebuah nama .... ALVA

siang tadi adalah hari terakhir aku melihatnya, meski tubuhnya terbungkus, putih.
siang terik itupun membuat bintang menangis, menaburkan bebunga semerbak dan wangi mawar berair.
sebuah nama, ketika selasa lalu ku panggil, alva, tidak hadir, dan kutulis, alva, pada buku kehadiran manusia remaja.
hari ini, alva, tidak hadir,
alva untuk selamanya...

segenapnya berduka,
segenapnya sedih senja,
segenapnya kembali memutar memoar pagi bersama sang alva, tentang kacamatanya yang luarbiasa, tentang rambutnya yang tak bisa berbaring, tentang segala-galanya...
tentang cintanya, yang masih di ukir bersama ego dan asanya.
tentang cita-citanya, yang masih rabun diraba-raba.

untuk sebuah nama....ALVA

kutulis resensi untuknya, untuk kematiannya saat usianya belum sempurna.

sahabat,
kita jadikan hikmah atas rasa kehilangan saudara kita semua, bahwasanya kematian tidak mengenal kasta, tak mengenal jabatan ataupun keperkasaan, tidak pula mengenal usia, tua ataupun muda.
kematiannya bukan akhir jalan hidupnya, tetapi adalah awal perjalanannya menuju keabadian.
do'akanlah agar dia lancar meniti jalan terakhirnya disana, dimana manusia seperti kita tidak bisa mengeja hidup dalam keterbatasan dimensi, ruang dan waktu.

sahabat,
suatu saat, kita pasti seperti dia, kembali padaNya.
betapapun, marilah kita persiapkan perjalanan itu, perjalanan penuh rindu, perjalanan waktu, siap tidak siap, suka tidak suka,
betapapun, Allah memiliki catatan tersendiri untuk kita semua, dan hari ini Allah mencatat untuk sebuah nama, ALVA, saudara kita semua kembali padaNya dalam keadaan belia.


--pemakaman tanah merah, bumi malaka 16-10-08--

untuk sebuah nama .... ALVA

Rindu Ramadhan, Rindu Rasa, Rindu Rupa

dia pergi,
yang menangis bukan hanya jiwa ini,
tapi matahari,
langit dan semua isi,
seluruh yang ada di bumi,

dia pergi,

membawa berjuta kenangan,
membawa kerinduan,

Malam Tadi Lailatul Qadr ?

Satu malam, pada sepuluh malam terakhir ramadhan, HP miliku lowbat dan mati.

Udara mempersiapkan hadirnya tamu agung, di biaskannya mata manusia, dengan mendung kelam. Kemudian rahmat hinggap, mengguyur harum tanah, menyebar sejuk suasana. Mesti tak lebat. Hanya jarum yang berjatuhan.

Rembulan separuh nampan tampak cantik semalam, gemingtangpung sangat elok berkelipan, kemudian angin alpa, semua makhluk kecuali manusia, tertunduk...

Pagi ini,
aku saksikan sendiri, matahari putih berseri, hangat menyelimuti,
udara semalaman tak berasa, tidak dingin, tidak panas.

Tuhan,
hari ini sejuk sekali,
apakah malam tadi, malam yang dinanti,
malam pengantin muda untuk memisah ranjangnya,
malam suami, untuk berpisah dari istri yang sebelumnya di percik air agar terbangun,
malam penuh perhitungan manusia,
agar mereka berlama-lama berjaga,
mengeja dengan seksama, indah ibadah, merdu tilawah,

tapi, tuhan,
malam tadi aku tertidur, pulas sekali,
nafsuku terlalu asik untuk ku bangunkan,
aku menyesal tuhan,
menurutinya hingga kepagian.

Tuhan,
1000 bulan, mungkinkah ku dapatkan,
dalam keterbatasan,
dalam ketidaksiapan,
dalam ibadah yang penuh kekurangan,
dalam hati yang penuh intrik dan guyonan,
pada dosa-dosa yang teramat lelah aku pikulkan.

Kalaulah malam tadi lailatul qadr, sesuai dengan ciri-cirinya,
maka, aku menyesal,
mengapa tak ku sudahi saja malasku 1 malam,
demi 30.000 malam,

Tuhan,
betapa bodohnya ku ini,
lailatul qadr malam tadi,
harus aku lewatkan tanpa semedi...

i think my mom is amazing

Berjuta warna pelangi
di dalam hati
yang pernah kau gambarkan padaku
saat kecil dulu
Kau kenalkan buah yang ranum
yang halus sekali
dan bunga yang harum
yang berduri
Kau ajarkan aku berdiri
meretas mentari
bernyanyi
di hadapan bidadari
Setiap ku mulai membuka mata
pasti kau selalu tersenyum
dan kau mengangkatku tinggi
tak seorangpun yang boleh menyentuh diriku
"karena kau malaikat kecilku"
kau buatkan minuman terhangat untukku,
saat udara dingin menerpaku,
membuat ku damai memulai hariku,
kau membuatku tenang
memulai hari,
kau membuatku senang
berpacu dengan mentari,
.............
hari ini kau ajarkan aku rindu,
semoga Dia mengasihimu,
selalu...

AKU GADAI TAUBATKU...


Rabb...
mumpung indah hari ini,
perindah pulalah hati ini.
Hanya dengan asmaMu,
perizinkanlah aku berubah,
berbenah,
selalukankah hati dan jiwaku tergugah,
atas rahmah dan maghfirah.
Rabb...
aku kalah,
aku menyerah,
aku bertaubat,
tanpa momentum,
tanpa tersenyum,
tapi dengan tangis,
dengan do'a yang mengiris,
ini mataku, aku gadai,
ini lidahku, aku gadai,
ini telingaku, aku gadai,
ini tangan dan kakiku, aku gadai,
ini fikiranku, aku gadai,
in hatiku,
yang kusam, kotor dan keras, aku gadai,
semua,...
untukMu...
gerakku,
diamku,
untukMu..

Amanda...

sudahi aku dengan perasaan ini,
mengharap embun menyembul di tengah hari,

sudah ku coba lihat pelangi malam ini, tapi nanar,
rupanya hanya bulan yang bersinar,
tak nampak warna, tak wujud rupa,

lepaskan aku dari selimut ini,
yang terus mengurungku dalam ragu,
dalam rindu
yang cemeti,

kusibak saja fatamorgana,
yang menjadi bayang sepanjang jalan,
kukuliti rahasia maya,
untuk meraba kenangan,

harapanku padanya pupuslah sudah,
semoga masih ada angeli,
yang bersedia menemani,
semoga ada ramona,
yang masih menunggu cinta,
semoga masih setia dewita,

harapku pada amanda,
berkalang samudera...

menanti ramadhan

izinkan aku menantimu,
menyinggahi raga jiwaku,
melabuh sauh lah engkau padaku,
menggenapkan rasa rinduku yang teramat ngilu,

percepatlah langkahmu, duhai kekasih,
bersama kita memilin malam,
menyetubuhi rahmat dan ampunan,
yang damai,
yang sejahtera,

segera !!
aku rindu...

marhaban yaa ramadhan,
kemuliaan segala kemuliaan,
kegembiraan semua kegembiraan,

"maka bergembiralah ketika datang bulan ramadhan, niscaya Allah mengharamkan jasad kita disentuh api neraka"...

ajari aku, melupakanmu (disini, ada rindu --bag. 2)

hari ini,
ku coba hapus semuanya tentang dirimu,
tentang kacamata yang kau berikan di kala senja di bibir pantai nirwana,
tentang flash disk biru, yang berisi gambar-gambar dirimu, yang kau selipkan disaku kemejaku ketika itu,
tentang kata-kata pada telpon genggam yang kupunya, yang bercerita tentang mu dari waktu-kewaktu,

hari ini,
kucoba tepis semua khayal yang membentuk bayangmu, sempurna sepertimu,
sudah kuperas berjuta airmata, cuma untuk menghalau angan-angan tentangmu,
senyum yang sering kau lemparkan padaku ketika sendu,
lagu yang selalu kau nyanyikan kala aku kesepian,
wajahmu yang ayu, lesung pipi yang gincu, matamu yang syahdu,
aduhaii...
makin aku sakit dan mabuk karenamu,

hari ini,
semoga aku bisa,
menghilangkan rindu yang luar biasanya padamu,
seandainya ku tau sedari dulu tentang rindu yang menggebu ketika kau menjauh,
takkan pernah aku mengenalimu, jatuh hati padamu,

hari ini,
duhai kekasih, engkau dingin sekali,
tidakkah kau tau,
disini, ada rindu,

ajari aku, melupakanmu...

disini, ada rindu ...

kasih,
tahukah kamu,
disini, ada rindu,
ada bulan penuh yang dinanti nelayan melaut,
ada camar mengejar senja, menukik pada lembah dan ngarai, beribu sarang di hampiri, selanjutnya adalah nyanyi-nyanyi semedi,

kasih,
disini, masih ada rindu,
pada kecoa-kecoa yang lembab dan basah, pada lebah dan bunga madu, pengumpul sari untuk membuatmu berseri,

kasih,
disini, aku masih menyimpan rindu,
lalu debu berarak bersama hujan kepagian yang menyambut embun berpacaran dengan surya cemerlang,
kemudian kehidupan datang menjelang siang,

kasih,
disini, ada rindu, masih ada rindu, dan aku masih menyimpan rindu itu,
untukmu,
bersama semesta,
yang menyertaimu,

Merdeka, begitu saja..


bulan sempurna, semalam tersangkut di bibir jemuran bunda yang reot dan penuh semut gatal,
menyalami bumi negeri penuh emosi,
malam tadi 17-an dirundung kesenangan, dimulai,
bendera-bendera partai menutupi sekonyong kota, pusat belanja, jembatan layang, dan kehidupan,
sementara merah putih tenggelam di dalamnya,

sementara, sepagi itu orang berlalulalang, minggu,
berdebul dengan waktu, menghinggapi patriotisme jiwa, berupacara, tanpa kata-kata dan gairah...

setelahnya,
lomba-lomba berseliweran seantero negara, kerupuk yang dimakan, karung yang dikenakan pencerminan miskin dan papanya kehidupan, lomba berjalan mundur tak mau majukah ? dengan cita-cita keluhuran,
pinang dipanjat merebut hadiah yang tak seberapa, dengan pongah, merasa dirinya paling pantas meraihnya sementara calon presiden bermunculan satu persatu, latah dengan pinang yang di senggamakan,
menggigit uang di tengah pepaya yang pekat, pertanda pejabat selalu memangsa uang rakyat, yang hitam yang kotor.

Merdeka, begitu saja..
belum lagi nyanyian-nyanyian basi, dengan goyang-goyang mutilasi bergaung disana sini, bapak-bapak berjoget dengan gaun-gaun banci, memperebutkan kursi yang harus terisi meski kurang satu biji, silahkan maknai sendiri,

Merdeka, begitu saja..

Sementara,
darah kering,
keringat kita lupa aromanya,
airmata menjadi airmata tertawa,
semangat cuma birahi,

Merdeka, begitu saja..

rindu yang bersemi

setelah kepergianmu, 15 tahun yang lalu...
hari ini, aku mulai merasa, betapa aku sangat membutuhkanmu,
sebagai pemandu jalanku yang mulai terlalu jauh melangkah jemu,
sebagai guru hidupku, yang mengajarkanku segala sesuatu, yang tampak maupun ghaib.

hari ini, tepat ketika itu,
kau diantar pulang orang sekampung,
menuju rumahmu yang terakhir,
kau tinggalkan rindu,
kau tinggalkan waktu,

ayah,
tak kan kulupa
saat kau gendong aku kesawah,
menangkap ikan-ikan yang basah,
setelah itu kau ajak aku ke musholah,
melepas lelah,
khusyu ibadah,
dan aku rindu, ingin mengulang waktu itu.

Allah,
kusemikan rinduku padanya,
semikanlah pula rahmatMu untuknya,
penuhi cahayaMu pada tempat tinggalnya,
gembirakanlah.

Malu-malu, aku berterima kasih

Tak terasa, sya'ban sudah menginjak ke delapan.
Harum rajab masih terngiang di belakang.
Dan dua penggalan, Ramadhan bertandang.

Tuhan,
Malu-malu, aku berterima kasih,
atas usiaku sampai hari ini.

Malu-malu, aku berterima kasih,

jangan pernah bosan menjadi Tuhan untukku,
maka,
ampunilah aku...

Messaging

Andainya,

semilir angin dapat menyampaikan pesan,

aku titip salam,

untuk bundaku yang kusayang,

"masihkah kau simpan surga di kakimu untukku,
anakmu yang tak putus di rundung rindu"

DO'A NAKAL

Tuhan, kenapa ya....
aku seringkali bohong,
seringkali sholat bolong-bolong,
kadang aku durhaka pada orang tua
dan bermuka dua pada sesama,
tapi Tuhan,
aku kepingiiiin masuk sorga.

Kubiarkan Hidup itu Hidup

hidup ini, biarlah saja menjadi petualangan yang tak habis-habis,
perjuangan yang tak henti-henti,
dan ku bawa, setan dan malaikat turut serta,
mereka tak dapat dipisahkan dalam jiwa,
karena aku manusia,

dan biarlah,
hidup ini kulelahkan untuk Tuhan,
yang apabila nanti aku kembali,
semoga tak ada penyesalan,

hidup ini,
kubiarkan berlari,
bersama nafas-nafas bidadari,
walau aku tak berani,
sekedar menyentuh bahkan menguliti,
karena ku yakin,
ghaib telah mempersiapkan yang tercantik, untukku nanti,

hidup ini, unik
setiap orang pasti punya rasa yang berbeda, punya warna yang tak serupa,
bukan duka, bukan cinta yang diperartikan,
tetapi,
hidup itu sendiri,
karena itu,
kubiarkan, hidup itu, hidup...

RINDU BERGEMURUH

belum genap satu purnama,
sejak kulepas kepergianmu,
rasa rinduku bergemuruh,

meski tanpa tanda,
tanpa pelukan rasa,
atau sepatah kata,
langkahmu, meneteskan air mataku,

apakabarnya kekasihmu, kasihku ?

baru saja kulihat senyuman itu,
senyuman yang sama,
seperti masa sma,

kau,
menyeruak lagi,
melalui bayang-bayang semedi,
entah dari mana asalnya,
bayangmu tersangkut di bayangku.

duhai yang jeli matanya,
bolehkah aku merindumu,
duhai yang lentik bulu matanya,
yang indah lesung pipi dan dagunya,
masih kulihat pesona surga di wajahmu,

aku ingin bukan mimpi sesaat,
melihatmu kembali,

tapi,
bolehkah ku tanya ?

apakabarnya kekasihmu, kasihku ?